Kisah inspiratif datang dari Nidya Almira Xavier Herda Putri, seorang mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang berhasil lulus tanpa skripsi, berkat karyanya dalam menciptakan sebuah aplikasi berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang diberi nama “Sejati.”
Sebelum mencapai kesuksesan ini, Nidya telah melewati serangkaian perjalanan yang penuh dedikasi dan inovasi. Aplikasi Sejati, yang diciptakannya, telah menjadi solusi yang berharga dalam bidang perawatan diri dan kesehatan mental. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur, termasuk rekomendasi aktivitas perawatan diri, artikel kesehatan mental, pemantauan mood, dan ENO Chatbot, yang merupakan fitur utama kecerdasan buatan yang mampu mendengarkan cerita dari pengguna.
Nidya menjelaskan bahwa fitur ENO Chatbot diciptakan dengan harapan bisa menjadi teman curhat bagi para pengguna aplikasi. Dengan adanya fitur ini, pengguna dapat merasa didengarkan kapan pun dan di mana pun, memberikan dukungan untuk menjaga kesehatan mental mereka. Lebih dari itu, Nidya berharap aplikasi ini dapat membantu mengurangi stigma terkait kesehatan mental di Indonesia, sebuah tantangan yang perlu diatasi.
Aplikasi Sejati muncul berkat partisipasi Nidya dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta. Ini adalah langkah pertama menuju kesuksesannya. Hasil karyanya dalam PKM ini kemudian dikonversi menjadi tugas akhir, yang pada umumnya merupakan skripsi.
Menurut Nidya, konversi PKM dengan skripsi adalah tantangan yang baru dan menarik. Dia merasa bahwa penelitian dalam PKM setara dengan kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi. Bagi Nidya, ini adalah kesempatan langka untuk merasakan pengalaman ‘skripsi yang ditingkatkan’ dan untuk menggabungkan dua komponen penting dalam pendidikannya.
Nidya awalnya tidak mempertimbangkan untuk melakukan konversi PKM ke skripsi. Namun, dengan bergabung dalam organisasi Garuda Sakti Unair, ia mendapatkan kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang PKM dan mengambil langkah ekstra dalam mengejar kesuksesan.
Penyusunan PKM ternyata memiliki persamaan yang signifikan dengan skripsi. Prosesnya melibatkan penyusunan proposal yang mencakup latar belakang dan metode penelitian, bimbingan dengan dosen, sidang, dan penyusunan laporan akhir. Perbedaan utama adalah Nidya mendapatkan bimbingan eksklusif dari tim pembina Unair dalam bentuk monitoring dan evaluasi bulanan, serta bantuan dana dari pemerintah. Ia juga bisa merasakan pengalaman sidang di hadapan para reviewer dari luar daerah.
Kisah Nidya Almira Xavier Herda Putri adalah contoh nyata ketekunan dan inovasi dalam mengatasi tantangan dalam dunia pendidikan. Melalui aplikasi Sejati, ia telah memberikan kontribusi berharga dalam meningkatkan kesehatan mental dan perawatan diri, serta berperan dalam mengubah pandangan terhadap kesehatan mental di Indonesia. Semangatnya dan kesuksesannya adalah inspirasi bagi banyak orang untuk mengejar impian mereka dengan tekad dan kerja keras.
Komentar